Efikasi Obat Kumur Mengandung Triclosan dan Monomenthyl Succinate (Physcool) dalam Mengatasi Halitosis

Penyebab utama (80-90%) halitosis bersumber dari rongga mulut, khususnya dari bagian belakang lidah. Halitosis disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah makanan/minuman, kebersihan gigi yang buruk, penyakit periodontal, mulut kering (xerostomia), penyakit sistemik, merokok, dan bakteri yang terdapat pada rongga mulut. Bakteri yang menyebabkan halitosis adalah bakteri Gram negatif anaerob yang menghasilkan Volatile Sulphur Compound (VSC), atau dikenal dengan nama “bakteri berpigmen hitam”. Volatile Sulphur Compound (VSC) terdiri dari gas hidrogen sulfida (H2S), methyl mercaptan (CH3SH) dan dimethyl mercaptan (CH3)2S.

Penggunaan obat kumur dapat mengurangi bau mulut (halitosis).Obat kumur yang beredar di pasaran dengan kandungan bahan aktif yang berbeda-beda memiliki reaksi yang berbeda terhadap halitosis.

Obat kumur Formula bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, melakukan penelitian untuk mengetahui :

  1. Pengaruh obat kumur yang mengandungTriclosan dan Monomenthyl Succinate (Physcool) terhadap bau mulut di pagi hari setelah pemakaian obat kumur tersebut sebelum tidur.
  2. Efek setelah penggunaan obat kumur tersebut dua kali sehari, yakni pada malam sebelum tidur dan pagi hari setelah sikat gigi hingga 12 jam penggunaan obat kumur tersebut (prolonged effect).

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah cross-over, randomized, controlled clinical trial dengan subyek berjumlah 15 orang.

Indikasi bau mulut diukur dengan 3 cara yaitu:

  1. Organoleptik (Organoleptic measurement) oleh penguji yang terkalibrasi.
  2. OralCroma untuk mengukur jumlah VSC (Volatile Sulphur Compound), gas-gas yang berkontribusi terhadap bau mulut seperti H2S, CH3SH, dan (CH3)2S.
  3. Jumlah koloni bakteri berpigmen hitam penyebab bau mulut, yaitu: Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, dan Fuscobacterium nucleatum.

Pengukuran dilakukan pada malam hari sebelum tidur dan pada pagi hari untuk melihat efek obat kumur terhadap bau mulut di pagi hari.Kemudian subyek menggunakan obat kumur yang kedua kalinya pada pagi hari dan pengukuran bau mulut dilakukan setelah 4, 8 dan 12 jam.

Efikasi obat kumur Formula  dibandingkandengan placebo/ control negatif.

Hasil

Hasil dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Kesimpulan :

Berdasarkan rangkaian uji klinis obat kumur Formula, yakni dengan menggunakan tiga macam indikator pengukuran halitosis yang valid dan reliable (Organoleptic measurement), alat pengukur bau mulut “OralChroma” dan penghitungan perkembangan bakteri penyebab bau mulut dapat diambil kesimpulan bahwa obat kumur tersebut dapat mengurangi bau mulut yang timbul di pagi hari dan juga efektif dalam menekan skor bau mulut hingga 12 jam setelah pemakaian dua kali sehari, yaitu malam hari sebelum tidur, dan di pagi hari setelah menggosok gigi.

Reference

Shinada K, Ueno M, Konishi C, Takehara S, Yokoyama S, Kawaguchi Y. (2008). A randomized double blind crossover placebo-controlled clinical trial to assess the effects of a mouthwash containing chlorine dioxide on oral malodor. Trials, 9 : 71.

Annemiek M.W.T. van den Broek, Louw Feenstra, Cees de Baat. (2007). A review of the current literature on aetiology and measurement methods of halitosis. Journal of Dentistry, 35:27-635.

Charles, C.H., Cronin, M.J., Conforti, N.J., Dembling WJ, Petrone DM, Mcguire JA. (2001). Anticalculus efficacy of an antiseptic mouthrinse containing zinc chloride. JADA, 132:94-98.

Teles, R.P. and Teles, F.R.F. (2009). Antimicrobial agents used in the control of periodontal biofilms: effective adjuncts to mechanical plaque control? Braz Oral Res, 3:39-48.

Amini, P. , Araujo, M.W.B., Wu, M., Charles, C.A., Sharma, N.C. (2009) Comparative antiplaque and antigingivitis efficacy of three antiseptic mouthrinses: a two week randomized clinical trial. Braz Oral Res, 23:319-25.

Saad, S., Greenman, J., Shaw, H. (2010). Comparative effects of various commercially available mouth-rinse formulations on oral malodour. Oral Diseases, 17:180.

Charles, C.H., Sharma, N.C, Galustians, H.J., Qaqish, J., Mc Guire, J.A., Vincent, J.W.. (2001). Comparative efficacy of an antiseptic mouthrinse and an antiplaque/antigingivitisdentifriceA six-month clinical trial. JADA, 132: 670-675.

Kocak, M.M., Ozcan, S., Kocak, S., Topuz, O., Erten, H. (2009). Comparison of the Efficacy of Three Different Mouthrinse Solutions in Decreasing the Level of StreptococcusMutansin Saliva. Eur J Dent, 3:57-61.

Kazor, C.E., Mitchell, P.M., Lee, A.M., Stokes, L.N., Loesche, W.J., Dewhirst, F.E., Paster, B.J. (2003). Diversity of Bacterial Populations on The Tongue Dorsa of Patients With Halitosis And Healthy Patients. Journal of Clinical Microbiology, 41:558–563.

Fine, D.H., Furgang, D., Markowitz, K., Sreenivasan, P.K., Klimpel, K., Vizio, W. (2006). The antimicrobial effect of a triclosan/copolymer dentifrice on oral microorganisms in vivo. JADA, 137(10):1406-13.