Kisah Ayah dan Anak (Renungan 4 - Relationship - Low Profile)


Penumpang pesawat yang terdiri dari empat orang yaitu seorang dokter, seorang pengacara, seorang anak kecil putra dari pilot pesawat, dan sang pilot itu sendiri akhirnya bersiap-siap untuk melompat.Pada suatu hari, sebuah pesawat pribadi yang membawa beberapa orang penumpang, mengalami kerusakan mesin. Akibat tidak ada lagi yang bisa diperbuat oleh sang pilot untuk mengusahakan agar pesawat tersebut bisa mendarat dengan baik, dia pun menyarankan agar semua yang berada di atas pesawat untuk melompat menggunakan parasut.

Sialnya, parasut ternyata hanya ada tiga.

Dengan cekatan si dokter meraih satu seraya berkata, “Sebagai seorang dokter yang telah dan masih akan menyelamatkan nyawa banyak orang, aku harus tetap hidup.” Dan dia pun melompat.

Tidak ingin tidak mendapatkan parasut, si pengacara juga buru-buru langsung mengambil satu tas parasut, “Aku adalah seorang pengacara dan pengacara adalah orang-orang tercerdas di dunia. Aku berhak untuk hidup.” Si pengacara juga turut melompat menyusul si dokter.

Tinggallah ayah, sang pilot, dan putranya.

“Aku telah sekian lama menjalani hidup, segala yang kuinginkan telah berhasil aku dapatkan. Tapi kau masih muda, Nak. Kehidupanmu yang panjang masih menantimu. Pakailah parasut terakhir ini, lompatlah dan kemudian jalanilah hidup dengan sebaik-baiknya,” dengan tak gentar pilot tersebut berpesan pada putranya seraya memberikan parasut terakhir.

Tapi putranya justru menyerahkan kembali parasut yang diberikan ayahnya dan berkata, “Ayah tidak perlu khawatir. Orang tercerdas di dunia sebenarnya baru saja pergi dengan membawa tas ranselku.”

Kemudian anak lelaki tersebut meraih tas parasut ketiga yang ternyata masih teronggok manis di sisinya. (Nara Sumber: http://www.termotivasi.com/2014/02/dongeng-inspiratif-orang-tercerdas-di-dunia.html)

Sehebat dan setinggi apapun pekerjaan Anda, hal tersebut tidaklah selalu bisa jadi sesuatu yang mendefinisikan siapa diri Anda. Hal yang bagi banyak orang terlihat sederhana dan tidak menyombongkan diri seperti, bersikap baik dengan penuh toleransi terhadap sesama, justru hal yang bisa menggambarkan dan memberi arti tentang diri Anda.

“Sombong adalah semacam jubah milik tuhan, manusia yang sombong berarti dia mencuri milik tuhan” – Anonim