Mengelola Konflik Multi Generasi Di Tempat Kerja

Sepanjang sejarah umat manusia belum pernah terjadi adanya lima generasi berbeda berada dalam satu lingkungan kerja di masa yang sama. Generasi tradisionalis (lahir tahun 1922-1945), baby boomer (1946-1964), generasi X (1965-1980), generasi Y atau milienial (1981-1994), dan generasi Z (1995-2010). Keberagaman ini harusnya membuat situasi kerja lebih baik karena setiap generasi tersebut dapat saling melengkapi. Namun kenyataannya perbedaan generasi ini kerap menyebabkan konflik di lingkungan kerja.

Ada banyak faktor yang menyebabkan masalah ini, di antaranya adalah sikap kerja dan sudut pandang tentang pekerjaan yang berbeda-beda di masing-masing generasi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat berkontribusi signifikan terhadap faktor-faktor tersebut.

Untuk meminimalisir konflik antar generasi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :


1. Indentifikasi apakah benar terjadi kesenjangan antar generasi di lingkungan kerja Anda?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda harus memetakan usia kolega kerja Anda. Apakah ada yang sangat senior atau junior. Jika memang ada rentang usia yang cukup lebar, perhatikan apakah sering terjadi masalah komunikasi antar mereka yang menimbulkan perselisihan 

2. Bagaimana jalannya koordinasi antar karyawan, apakah ada hambatan yang berarti?

Perhatikan bagaimana antar generasi ini pada saat berkoordinasi. Jika terjadi hambatan koordinasi perhatikan sumber utamanya dari siapa, apakah dari generasi senior atau junior? Pahami latar belakang dari masing-masing generasi, karena perbedaan pandangan dan tujuan dari masing-masing generasi dapat mempengaruhi terjadinya konflik. Bisa jadi generasi junior merasa generasi senior bertindak sewenang-wenang, generasi senior merasa tersaingi karena ide-ide cemerlang dari generasi junior mengalir seakan tiada habisnya.


3. Hadapi dan selesaikan konflik yang terjadi!

Konflik di tempat kerja adalah hal yang tidak terelakkan. Untuk mengatasinya, utamakanlah proses dialog. Baik pihak manajemen maupun karyawan sebaiknya berkepala dingin dan menaruh kepercayaan satu sama lain. Generasi senior yang telah berpengalaman dapat membimbing generasi junior. Tapi harus diperhatikan, untuk generasi junior, pengawasan yang sangat mendetail (micromanaging) akan menajamkan konflik, dimana generasi senior cenderung mempertotonkan kekuasaan dan senioritas seolah tidak mengijinkan generasi junior untuk berkembang.


4. Bentuk tim lintas generasi

Setiap kali membentuk tim untuk sebuah proyek upayakan anggotanya dari lintas generasi. Generasi senior dengan pengalamannya dapat memberikan pandangan-pandangan yang luas dan memberikan saran kepada generasi junior tentang pengembangan karir mereka. Generasi junior juga harus mau membuka diri menerima pandangan dari generasi senior, bukan karena kelemahan atau kebodohan. Sikap ini menujukkan kesediaan untuk belajar dan juga menunjukkan respek terhadap generasi senior. Dengan adanya komunikasi yang intens antar generasi dalam sebuah tim maka sumber-sumber penyebab konflik akibat perbedaan generasi dapat diminimalisir atau dieliminasi.

Disadur dari : Kompasiana.com